Senin, 25 Desember 2017

Doa Terbaik

Rezeki, jodoh dan kematian seseorang sudah ditakdirkan oleh Allah sejak masih dalam kandungan Ibunya. Mungkin itu yang selalu berada dalam benak kita. Pada kenyatannya ketiga hal tersebut bisa jadi benar atau tidak juga salah semuanya. Seiring dengan bertambah usia dan tumbuh kembang seseorang, ia akan memahami apa yang sedang terjadi dalam dirinya. Semasa balita sampai remaja seseorang akan selalu berada dalam bimbingan orang tuanya.

Kemandirian diuji bila kita memasuki masa dimana segala sesuatu harus kita tentukan sendiri. Orang tua mungkin akan selalu berusaha untuk membimbing kita, segala sesuatu yang kita lakukan ingin diatur dan dikendalikan orang tua kita. Tapi tiap anak mulai usia belasan dan menginjak 20 tahun keatas, mulai tumbuh kemandirian dan tidak ingin lagi keputusannya didikte orang tua ataupun saudara yang lain. Dalam urusan sekolah yang mengarah ke pekerjaan apa yang akan kita pilih nanti (sumber rejeki kita), menentukan pendamping hidup (jodoh), dan akhir dari hidup kita, mungkin orang tua berperanan penting dan mutlak bagi kita. Orang tua hanya berusaha sebaik mungkin menurut mereka, karena apa yang akan terjadi dengan anaknya, yang menjalani adalah anaknya sendiri. Kita juga paham bahwa rejeki, jodoh dan kematian tidak ada yang tahu pastinya.

Rezeki tidak berada ditangan manusia. Allahlah yang menentukan rezeki itu datang kepada manusia dan Dia memberinya kepada manusia menurut kehendak-Nya. Meskipun kita berusaha sebaik mungkin dalam mencari rejeki, belum tentu jalan usaha itu akan mendatangkan hasil sebagai rejeki kita. Tapi adakalanya rejeki datang dengan tidak terduga bukan dengan jalan usaha yang kita lakukan. Rejeki setiap hamba telah dijamin oleh Allah. Allah pun telah menetapkan kadar dan takaran bagian atau porsi rezeki tiap hamba. Rejeki semata di tangan Allah dan hanya Allahlah yang memberi rejeki. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk meminta kepada Allah rejeki yang berkah melalui doa terbaik kita, kita juga wajib berusaha dan berikhtiar melangsungkan kondisi-kondisi yang di dalamnya rejeki bisa datang, sehingga apapun yang kita terima sebagai rejeki akan kita syukuri dengan ikhlas dan merasa cukup dengan itu.Seret atau tertundanya rezeki hendaknya tidak membuat seseorang tergesa-gesa lalu memintanya kepada Allah dan mencarinya dengan jalan yang haram, karena sesungguhnya keridhaan di sisi Allah tidak akan bisa diraih kecuali dengan ketaatan kepada-Nya.

Setiap orang berhak memilih calon pasangannya sendiri. Jodoh merupakan sebuah pilihan, bukan ketetapan dari Allah. Talak memungkinkan seseorang yang menjadi pasangan hidup untuk berpisah pada satu waktu tertentu dengan sebab-sebab tertentu, karena itu mustahil dikatakan bahwa seseorang sudah dipasangkan dengan orang tertentu. Seorang dalam memutuskan sesuatu boleh jadi Allah mencondongkan pada suatu keputusan tertentu, boleh jadi membiarkannya. Sebab Allah adalah Dzat yang kuasa membolak-balikkan hati manusia. Setiap kita melaksanakan suatu aktivitas dalam area yang dikuasai kemudian ternyata apa yang terjadi di luar harapannya dan di luar dugaannya, maka ia harus ridlo terhadap hal itu. Demikian halnya perjodohan, jika dalam perjalanan nantinya terjadi talak atau cerai.

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Tidak ada suatu umat pun yang dapat mendahului ajalnya dan tidak pula dapat memundurkannya.
Di mana saja kalian berada, kematian akan menjumpai kalian kendati kalian berada dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.

Masalah ajal ini persis seperti masalah rejeki. Ajal dan umur tiap orang telah ditetapkan oleh Allah. Allah SWT juga menegaskan tidak akan memajukan atau menangguhkan ajal seseorang. Allah tidak akan menambah atau mengurangi jatah umur seseorang. Banyak orang bilang bila ingin dilapangkan rezekinya dan ditambah umurnya hendaklah ia bersilaturahmi. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan pertambahan umur bukanlah penundaan ajal. Yang bertambah tidak lain adalah keberkahan umurnya dalam ketaatan kepada Allah. Bisa juga maknanya adalah bukan pertambahan umur biologis, tetapi umur sosiologis, yakni peninggalan, jejak yang terus mendatangkan manfaat dan pahala setelah kematian biologisnya.

Sesungguhnya bertambahnya umur itu dengan keturunan salih yang Allah karuniakan kepada seorang hamba, lalu mereka mendoakannya sesudah kematiannya sehingga doa mereka menyusulinya di kuburnya. Itulah pertambahan umur. Yang harus dilakukan adalah mempersiapkan diri menyongsong datangnya maut dan memelihara diri supaya maut itu datang dalam kondisi kita sedang menunaikan ketaatan sehingga kita mendapatkan husnul khatimah. Inilah sikap cerdas dan upaya yang berdaya guna. Orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak dan paling baik persiapannya dalam menyongsong datangnya maut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar